Bertahan Disana


Hi kamu,

Maafkan aku yang belum berlabuh di hatimu. Kata orang aku terlalu banyak berpikir, terlalu takut untuk melangkah ke dalam kehidupan baru. Bukan itu, banyak rumah yang harus aku kunjungi. Di rumah-rumah itu aku menyapa sanak saudara dan kerabat. Disana aku belajar bahwa aku harus berpikir tentang orang lain. Karena hidup bukan sekadar sosial hura-hura atau sendiri berpikir. Disana aku harus mengangkat tangan mereka untuk naik.

 

Iya, aku memang sibuk memikirkan orang lain. Entah kenapa, aku tak mau dianggap sebagai orang yang egois. Mungkin bila aku hanya berpikir tentang pantatku saja, aku mungkin sudah ada di atas kuda yang berlari cepat. Tapi aku selalu berpikir tentang penumpang di belakangku. Apakah dia akan terjatuh bila aku memacu kudaku cepat. Dan disisi lain, aku juga dianggap …entahlah, aku akhiri saja cerita disini.

 

Agar kamu tahu, ini bukan sesuatu yang rumit. Ini hanya pikiran yang dituliskan, bisa menggambarkan aku, bisa hanya kiasan, bisa hanya bualan. Tak ada yang pasti, semua itu relatif. Yang pasti hanya Allah.

 

hangon

 

Stranger! SAY something here!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑